Bandung, (25/10/2022) – Manusia secara umum menginginkan keuntungan yang berlipat ganda dari setiap kegiatan bisnis dengan koleganya. Akan tetapi, pernahkah terpikir bahwa  ada ungkapan “Dunia ini berputar.”, dari ungkapan tersebut tentunya manusia juga harus siap dengan risiko rugi yang terjadi akibat kegiatan bisnis dengan koleganya tersebut.

Dari gambaran di atas didapatilah sebuah pelajaran penting bahwa selama melakukan kegiatan bisnis dengan siapapun di dunia pasti akan mengalami dua kondisi, yaitu untung dan rugi. Tahukah kita bahwa ada tijarah/ bisnis dengan tanpa merasa rugi? Berawal dengan pertanyaan tersebut, maka jawabannya terdapat dalam QS. Fathir ayat 29:

﴿إِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوْا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَ﴾ [فاطر: ۲٩]

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (al-Quran) dan melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami Anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.”

Harapan setiap orangtua bahwa setiap anak yang bersekolah khususnya di madrasah menginginkan anak-anaknya agar salih dan salihah yang diimplementasikan dengan pembiasaan ibadah kepada tuhannya serta memiliki kecerdasan di dalam bidang akademik.

Harapan di atas senada dengan tagline MIMHa Ibtidaiyah, yaitu CERDAS BERKARAKTER TAUHID dimana bahwa setiap siswa diinduksikan bahwa setiap ibadah itu adalah tijarah/ bisnis dengan Allah Swt., dengan tidak merasa rugi sama sekali.

Penanaman pembiasaan ibadah tentunya sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw., 15 abad yang lalu melalui salah satu haditsnya, yaitu Rasulullah shallawwahu aliahi wasallam bersabda.

Baca juga : Pentingnya Kecerdasan Spiritual Terhadap Peserta Didik

Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakenya, bahwa Rasulullah shallawwahu alaihi wasallam bersabda: perintahlah anak-anakmu shalat di waktu mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka manakala mengabaikannya ketika mereka berumur sepuluh tahun. Serta pisahkan mereka di dalam tempat tidur mereka (sejak itu). (HR. Abu Dawud).

Setidaknya pembiasaan ibadah di MIMHa Ibtidaiyah yang menjadi Quality Assurance meliputi 1) Gemar Membaca Al Quran, 2) Rindu Salat, dan 3) Gemar Berinfak. Senada dengan QS. Fathir ayat 29 di atas dapat diurai sebagai berikut

  1. Membaca Al Quran
    Dilaksanakan pada jam 08.00-09.30 WIB dengan menggunakan nada hijaz
  2. Rindu Salat
    Diawali dengan pembiasaan salat Duha pada jam 08.00, kemudian salat Dzuhur berjamaah, dan diakhiri dengan salat Ashar berjamaah
  3. Gemar Berinfak
    MIMHa Ibtidaiyah bekerjasama dengan LAZIS yang bertujuan untuk melatih kepekaan sosial para siswa dalam menyisihkan sebagian uang jajannya baik di rumah maupun di sekolah.

Baca juga : Membangun Etika Otonom

Sebagai seorang hamba Allah Swt., harapan terbesar kelak di akhirat adalah mengharapkan seluruh pesan yang tertuang di dalam QS. Fatir ayat 29 menjadi semangat hidup di dunia selama berbisnis dengan Allah Swt., tidak akan merasa rugi sama sekali. Wallahu a’lam.

Penulis : Wawan Setiawan (Kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda/MIMHa Ibtidaiyah)

2 thoughts on “Berbisnis Dengan Allah SWT, Bagaimana Caranya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *